FENOMENA

Fenomena.

Ini bukan bahas fenomena alam tapi bahas fenomena sosial media.

Dalam serba era digital ini kita dituntut untuk serba update, gak salah karena hidup itu harus beradaptasi untuk bisa survive. Disini aku mau menyuarakan opini mengenai penggunaan sosial media yang dimana orang bisa sekreatif mungkin berkarya.

Akhir-akhir ini sering banget kalau buka sosmed terus ngeliat konten yang dirasa agak kontroversial, kenapa kontroversial? Soalnya konten tersebut bisa menggiring opini buruk pengguna sosmed kepada si kreator. Well, yang mau disuarakan adalah kenapa sekarang banyak konten yang 'sengaja' dibuat untuk viral tapi jatuhnya jadi downgrading diri mereka sendiri? Masih kurang paham sama konsep seperti itu, orang-orang rela membuat image dia dipublik jatuh cuma untuk viral terus setelah digoreng sama netizen dia bikin konten buat digoreng lagi begitu terus sampai akhirnya pudar sendiri dia dan konten unfaedahnya. Begini loh, jejak sosial itu nyata dan membekas serta susah untuk dihilangkan apalagi sudah terkenal seantero sosmed.

Menjadi viral itu seolah-olah jadi goal, padahal beban yang dipikul setelah viral itu berat. Misalnya, viral karena kontroversi otomatis khalayak akan nganggap dia itu sebagai orang yang kontroversial dan itu membekas karena itulah first impression publik terhadap dia. Sudah banyak contoh diluar sana yang viral karena sensasi lalu berubah menjadi baik dan suatu saat berbuat kesalahan sekali, image terdahulu diungkit-ungkit. Miris? Iya. Tapi that's how society works, ada yang pro sama kita ada juga yang kontra. Kita gak bisa buat semua orang untuk percaya bahwa "people changed" pasti ada aja modelannya yang ngeliat satu kesalahan terus semua kebaikan tertutup. Hal kayak gitu aja berlaku buat orang yang sudah dikenal baik apalagi yang ngak. SO mendingan perbaiki aja niat kita buat ngonten. Setelah viral itu masih ada hari berikutnya, kalau bisa membuat fame jadi pembuka jalan untuk survive ya masih mending tapi kalau cuma terlena akan kepopuleran sementara ya siap-siap digeser.

Nah selanjutnya adalah mau memberikan opini soal screenshot status wa seseorang yang diupload ke sosmed (twitter base). Inti dari isi story wa tersebut: "seseorang yang berkeluh kesah kalau dia punya teman yang sok pamer, sok jago ngomong bahasa inggris tapi grammarnya masih blepotan sedangkan pemilik status itu aja masih malu sama kemampuan bahasa inggrisnya padahal owner status itu kerja dengan customer yang ngomongnya pake bahasa inggris. Jadi pas owner denger temannya ini gunain bahasa inggris owner itu meresa dengarnya gak keren sama sekali justru cringe". Ini topik bahasannya menarik banget karena sering dengar macam ginian. Jadi menurut pendapat pribadi sih si temannya owner status wa itu gak salah karena dia lagi belajar makanya blepotan seperti kata si owner status. Gini loh mau sampai kapan untuk bisa PD berbahasa inggris kalau hal begitu aja dijudge? Apa harus nunggu sampai bicara kayak native speaker? Lagian bisa berbahasa inggris itu bukan patokan untuk menjadikan seseorang terlihat keren.

SALAH adalah bagian dari belajar dan itu wajar, kalau kita ngak belajar ngebiasain diri pake bahasa inggris kita gak bakal tau sampai mana kemampuan kita. Dari mencoba kebiasaan itu (melalui speaking, listening, writing, reading) otomatis vocabulary nambah setelah itu penasaran gimana sih cara penggunaan bahasa inggris misal kayak pronounciation, writing, grammar etc. Sering banget ketemu temen bahkan diri sendiri yang gak PD berbahasa inggris karena takut salah, sebetulnya yang punya pemikiran seperti owner status wa inilah yang salah. Bahasa inggris bukan bahasa ibu kita jadi salah itu adalah hal yang sangat wajar, kuncinya supaya jadi lancar ya dibiasakan lalu belajar lagi dan melakukan perbaikan.

Manusia itu pasti punya sifat buruk, salah satunya ya masih melihat sebelah mata orang yang levelnya 'dibawah' dari dirinya sendiri. We all do that, cuma bedanya ada tim yang diungkapin dengan cara ngomong langsung, curhat ketemen/distatus atau dilihatkan dalam bentuk perlakuan. Ada juga tim yang disimpan aja dipikiran jadikan konsumsi sendiri. Perlu digaris bawahi jangan sampai perbuatan kita apalagi fenomena curhat disosmed seperti owner yang terkesan merendah untuk meroket menjadikan seseorang patah semangat atau berhenti untuk maju. Lagian ya menurut pengalaman sendiri, kalau semacam daily conversations yang sifatnya informal kayak diskusi, chit chat itu gak butuh-butuh banget grammar asal sama-sama paham dari maksud yang dibicarakan ya acceptable aja sih. Flexibel aja intinya jangan dijadikan barrier sehingga penggunaan bahasa inggris itu terkesan kaku. Lain cerita kalau bahasa inggris untuk pidato event yang sifatnya massive dan formal atau untuk publikasi memang grammar itu diperhitungkan. Jadi selama masih belajar jangan malu untuk salah ya, malu lah jika perbuatan kita menghalangi seseorang untuk belajar.

In the end, kedua topik yang dibahas bisa menjadikan pelajaran bagi kita gimana sih cara "bermain" sosmed dengan benar ya karena bentuknya digital platform yang bisa terkoneksi ke siapa aja gak menutup kemungkinan tersebar kemana aja bahkan yang gak kita sangka sekalipun. Sekali lagi luruskan niat aja kalau mau buat update disosmed supaya yang update-an kita bisa dikonsumsi baik oleh orang lain.

Komentar